Pesan rinduku

Pacarku tersayang. Dan akan selalu tersayang.
Bersama dengan gelap dan dinginnya malam ini kutitipkan sejuta rindu, padamu, hanya untukmu, bukan dan tidak untuk orang lain.

Sebelum masuk kepada bagian rindu dan segala urusannya, izinkan aku mengutarakan tiga hal yang paling mengganggu pikiranku selama beberapa waktu terakhir. Pertama, siapakah yang akan bertanggung jawab atas rindu yang menumpuk oleh karena dua insan tidak bisa bertemu ini? Kamu punya jawabannya? Ini baru perkara aku dan kamu tapi sudah banyak sekali rindu yang ada. Lantas ada berapa banyak pasangan di muka bumi? Apakah sanggup pemerintah menanggung semua beban rindu itu agar kedua sejoli ini tidak lagi merasa kesepian? Apa sanggup Menteri Keuangan itu memberikan kompensasi ganti rugi atas waktu yang seharusnya bisa kita nikmati bersama tetapi kali ini tidak? Tolong kalau kamu sudah punya jawabannya, jelaskan kepadaku.

Kedua, ini bagian yang paling mengganggu pikiranku sebab beberapa kali aku terpikir perihal bagaimana mengirim rindu-rindu ini agar tidak menumpuk dan bisa sampai kepada sumber rindu ini berasal. Akankah dibiarkan begitu saja tanpa tahu bagaimana harus menyampaikannya? Sekarang begini kondisinya, kantor pos sudah tutup karena para kurir harus mengikuti aturan social distancing dan mengurangi kontak dengan banyak orang. Sebenarnya bisa saja, pakai Go Send atau Grab Express yang sedia 24 jam untuk mengirimkan barang-barang, tapi apakah bisa mengirim rindu ini melalui mereka? Apa sanggup mereka membawa beban rinduku yang sangat berat ini dan mengantarkannya padamu tanpa kurang satu gram pun dari tempat asalnya? Aku yakin tidak. Aku saja yang berusaha menyimpannya mati-matian tetap kewalahan, apalagi mereka yang sok-sokan mengantar rindu berpuluh-puluh kilometer jaraknya.

Ketiga, ini bagian yang paling tidak masuk akal. Detik terus berjalan dan aku heran apakah rindu ini semacam punya kemampuan membelah diri? Semakin dibiarkan semakin banyak dia rupanya! Lantas satu atau dua toples bekas nastar itu tidak akan pernah cukup untuk menampungnya. Asal kamu tahu, di kamarku ini sekarang sudah ada jutaan rindu yang tak terbendung. Belum lagi di pikiran, di hati, di mata, di telinga dan di seluruh bagian tubuhku yang pernah tersentuh olehmu. Tidak terbendung. Sekali lagi aku perjelas, tidak terbendung! Aku benar-benar penasaran bagaimana rindu ini bisa seenak jidat berkembang biak tanpa punya perasaan iba kepadaku? Tidak masuk akal. Sudahlah, sudah cukup tiga penjelasan dari pertanyaan-pertanyaanku selama ini yang sebenarnya lebih mengumpat daripada bertanya. Langsung masuk ke bagian rindu yang tadi ingin ku jelaskan.

Oleh karena hal-hal tersebut, berikut kutitipkan rindu ini pada sunyi dan angin malam sebagai perantaranya. Sudah aku bungkus rapih dalam kotak lengkap dengan kecupku pada bagian halaman muka kotak itu. Itu baru setengah, setengahnya lagi aku ingin tetap simpan di sini agar ia bisa terus bertambah dan bertambah. Sampai nanti suatu waktu jika terlalu banyak akan aku kirimkan lagi kepadamu.

Tolong pastikan kamu menerima rindu itu dalam keadaan utuh, tidak kurang satu apapun. Sebab aku ingin semuanya sampai kepadamu, agar kamu tahu bahwa aku selalu merindukanmu. Belum sempat aku hitung jumlahnya, tapi yang jelas sangat banyak dan cukup untuk menemani tidurmu di beberapa malam kedepan. Namun jika kamu tidak menerima rindu ini dalam keadaan utuh, itu pasti ulah si angin yang cemburu melihat aku mengirimkan segitu banyak rindu kepadamu dan ia tidak mendapatkan sedikitpun. Tidak usah khawatir, aku masih punya banyak. Kalau kamu mau, akan aku kirimkan dua kali lipat besok malam.

Pacarku tersayang, tolong simpan rinduku ini baik-baik. Aku sadar bahwa proses merindukanmu juga merupakan bagian penting dari memilikimu. Aku juga beruntung masih bisa memiliki alasan untuk merindu dan luar biasa beruntung karena alasan untuk merindu adalah kamu. Apalah arti rindu ini kalau bukan untuk kamu. Ibarat mitokondria pada anatomi sel, kamu adalah sumber tenaga dan energi agar rindu ini bisa terus berkembang. Jangan biarkan rindu ini direbut oleh siapapun. Aku tidak akan pernah sudi. Ia tidak akan lagi sama jika dimiliki orang lain. Tidak perlu disimpan di tempat yang sejuk, cukup disimpan pada relung hatimu yang terdalam, rinduku akan menemukan tempat terbaiknya disana. Memang banyak sekali rindu yang aku kirimkan malam ini, tapi semoga kamu tidak lantas berkesimpuilan bahwa rindu itu sebanding dengan rasa sayangku kepadamu. Itu salah. Kalau memang harus, aku sudi untuk menghitung jumlah rinduku sekarang ini. Tapi kalau untuk menghitung rasa sayangku, maaf aku lebih baik kalah. Mereka tidak pernah sebanding.

Terima kasih karena sudah menerima rindu ini. Semoga kita lekas bertemu. Atas nama 7.5 km jarak dari rumahku ke rumahmu, dari aku yang selalu merindukanmu.

Depok, 5 April 2020




Komentar

Postingan Populer